Minggu, 12 Februari 2012

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

                {Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meninta agar disegerakan (datang)nya.}                                                                                 (QS. An-Nahl: 1)
                Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau mengeluarka kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum terwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian  yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu denganya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
                Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun kebumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya.Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti  jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
                Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan –kecemasan  yang baru  di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak di benarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itupun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang di ajarkan di “sekolah-sekolah setan”.
                {setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu  ampunan  daripada-Nya dan karunia} (QS. Al-baqarah: 268)
                Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di ‘genggaman  yang lain’ tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum tentu ada dan tak berwujud.
                Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab hari ini anda sudah sangat sibuk.
                Jika anda heran maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang brani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit didalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilaj angan-angan yang berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar